Senin, 23 Maret 2009
tSuNaMi............
ANALISA TSUNAMI
Sebab – Sebab Terjadinya Tsunami
Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah
gempa yang terjadi di dasarkanlaut,
kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km,
magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter,
serta jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun.
Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977).
Tanda-tanda peringatan
Gelombang tsunami mendaparkan sebuah kapal ke daratan di Thailand (Reuters)
* Gempa bumi adalah peringatan alami mengenai datangnya tsunami. Bila Anda merasakan gempa kuat, janganlah berada di lokasi yang mungkin terkena terjangan tsunami. Bila Anda mendengar adanya gempa bumi, waspadalah dengan kemungkinan datangnya tsunami. carilah informasi di radio atau televisi mengenai hal itu. Ingat bahwa sebuah gempa bisa memicu terjadinya tsunami ribuan kilometer jauhnya pada waktu beberapa jam.
* Para saksi mata melaporkan bahwa tsunami Aceh didahului dengan turunnya permukaan air secara tiba-tiba yang kemudian berbalik menjadi gelombang dahsyat. Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang. Larilah ke daerah tinggi dengan segera.
Sebagian korban tsunami Aceh tewas karena mereka justru pergi ke pantai untuk melihat bagaimana air menghilang dan dasar laut menjadi tampak. Banyak yang tidak sadar hal itu merupakan awal hadirnya malapetaka. Para ahli memperkirakan, penyusutan permukaan laut akan memberi waktu sekitar lima menit bagi orang-orang untuk segera meninggalkan wilayah itu.
* Karena tsunami bisa mendekati pantai dengan kecepatan 160 kilometer per jam, maka seringkali terlambat bagi kita untuk menyingkir saat kita melihat kehadirannya. Ingat! Gelombang tsunami yang mendekat bukanlah sesuatu untuk dikagumi, kecuali Anda berada di dataran tinggi yang aman.
* Ingatlah pula bahwa tsunami adalah rangkaian gelombang, dan gelombang pertama mungkin bukan yang paling berbahaya. Bahaya dari tsunami bisa berlangsung selama beberapa jam setelah kedatangan gelombang pertama. Rangkaian gelombang tsunami bisa datang berurutan dengan jeda antara lima menit hingga satu jam. Hindarilah lokasi kejadian sampai benar-benar aman.
Mereka yang selamat dari tsunami lalu menceritakan bahwa laut surut secepat dan sekuat ketika ia menerjang daratan. Beberapa orang terseret ke laut saat gelombang itu berbalik.
* Terjangan tsunami bisa saja hanya kecil di satu titik namun sangat besar di titik lain. Jangan beranggapan karena tanda-tanda tsunami hanya kecil di suatu tempat, maka gejalanya akan sama seperti itu di tempat lain.
* Tsunami bisa menjelajah cepat lewat sungai dan aliran yang berhubungan dengan laut, Menjauhlah dari sungai atau aliran air yang menuju ke laut, seperti halnya Anda sebaiknya menghindari pantai dan laut bila ada tsunami.
* Adalah gagasan yang baik untuk selalu mempersiapkan bahan persedian guna menghadapi kondisi darurat, termasuk obat-obatan, air, dan kebutuhan pokok lain setidaknya untuk 72 jam. Tsunami, gempa bumi, badai, dan bencana lain bisa muncul dengan sedikit tanda atau sama sekali tanpa peringatan.
* NOAA menyarankan, karena aktivitas gelombang tsunami tidak terlalu terasa di lautan terbuka, kapal-kapal sebaiknya tidak kembali ke pelabuhan bila mereka sedang berada di laut dan mendengar adanya peringatan mengenai tsunami di area tersebut. Tsunami bisa menyebabkan perubahan permukaan laut sangat cepat dan menghasilkan gelombang dahsyat di pelabuhan dan tepi pantai. Orang-orang sebaiknya tidak naik ke kapal yang berada di pelabuhan karena tsunami bisa menghancurkannya. (nationalgeographic.com/wsn)
Terjadinya Tsunami
Mengenal Tsunami di Aceh
Monday, January 03, 2005
Sumber : Kompas Cyber
Tsunami! Kata angker ini kembali diucapkan banyak orang dan terpampang di berbagai media menyusul bencana yang menimpa Aceh, Sri Lanka, India, Thailand, dan tempat-tempat lain di Asia, dengan korban ratusan ribu jiwa.
Tapi tahukah Anda, apa sebenarnya tsunami itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tsunami adalah gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung api dasar laut. Nah, dalam peristiwa yang menimpa Aceh, Minggu (26/12) lalu, penyebabnya adalah gempa bumi.
Dikatakan Dr Danny H Natawidjaya dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, daerah di sebelah barat Sumatra mempunyai banyak sumber gempa bumi karena posisinya pada jalur tabrakan lempeng, dimana lempeng dari lautan (lempeng Samudra Hindia atau lempeng Indo-Australia) di sebelah selatan bergerak ke utara, ke arah bawah Kepulauan Mentawai dan Pulau Sumatra --yang adalah lempeng benua atau disebut lempeng Eurasia (Gambar A).
A. Lempeng samudra bergerak ke bawah Sumatra, pulau-pulau melekat pada lempeng
sehingga tertekan dan terseret ke bawah.
B. Suatu ketika sambungan antara pulau-pulau dan lempeng pecah, sehingga pulau
melenting ke atas, terjadi gempabumi
C. Ketika pulau- pulau terangkat, air laut menyusut menjauhi pantai, namun kembali
lagi sebagai gelombang laut yang disebut tsunami.
Adapun desakan lempeng Samudra Hindia ini ikut menyeret lempeng benua melesak ke dalam, sehingga pulau-pulau yang melekat di atasnya ikut terseret ke bawah dan mendekati Sumatra ke arah timur laut. Akibatnya beberapa pulau terlihat seolah akan tenggelam. Ini tampak pada pohon-pohon yang tadinya tumbuh di darat kini telah mati karena terendam air laut.
"Selama puluhan sampai ratusan tahun, tekanan lempeng Samudra Hindia ini akan terus meningkat sampai melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan di bawah pulau-pulau akan pecah dan bergeser secara tiba-tiba, dan timbulah gempa bumi," kata Dr Danny, saat memberi keterangan pers yang diadakan PT Pasifik Satelit Nusantara di Jakarta, Senin (3/1).
Sebagai gambaran, batuan di bawah pulau-pulau ini berlaku seperti pegas yang ditekan perlahan-lahan. Ketika kekuatan batuan sudah terlampaui sehingga pecah, maka tekanan itu dilepaskan secara tiba-tiba dan pulau-pulau akan melentur balik ke arah atas dan barat daya, bagai pegas, lalu menimbulkan gempa bumi besar (gambar B).
Pelentingan tubuh batuan yang terjadi di bawah pulau-pulau akan menggoyang air laut. Saat pulau-pulau terangkat, air laut menyusut menjauhi pantai seperti yang disaksikan di beberapa lokasi pinggir laut. Namun ia kembali lagi menjadi gelombang dashyat yang dikenal sebagai tsunami (gambar C). Sesungguhnya tsunami bisa hanya setinggi beberapa sentimeter, namun bisa pula puluhan meter.
Nah, gelombang setinggi puluhan meter itulah yang menyapi pesisir Aceh, menghempas kota-kota dan pemukiman, lalu menyeret orang-orang kembali ke laut. Sebagian besar tubuh tersangkut di sisa-sisa bangunan di ujung pulau Sumatra. Sayang, orang terlambat menyadari bahwa tsunami telah datang. (wsn)
Dampak Terhadap Makhluk Di Bumi
Sumber : Kompas Cyber
Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Samudra Hindia di barat daya Pulau Sumatra tanggal 26 Desember lalu begitu kuatnya sehingga telah mempercepat rotasi (perputaran) Bumi pada sumbunya. Menurut perkiraan para ahli geofisika AS, gelombang kejut yang dihasilkannya telah memperpendek periode rotasi planet kita sekitar tiga mikro detik
Perubahan ini disebabkan karena adanya pergeseran massa di pusat Bumi ketika lempengan tektonik Samudra Hindia mendesak lempengan benua Eurasia, ujar para peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA, di Pasadena, California. Hal ini menyebabkan Bumi berotasi lebih cepat, seperti halnya seorang pemain papan luncur menggoyangkan tangannya agar melaju lebih cepat.
"Gempa ini menggoyang Bumi di sumbunya," kata Richard Gross dan rekan-rekan penelitinya di NASA. Mereka memperkirakan sumbu Bumi sekarang lebih miring 2,5 sentimeter karena sentakan gempa.
Walau begitu pemendekan hari di Bumi ini tidak perlu dirisaukan, kecuali bagi mereka yang bertugas menjaga waktu resmi di dunia. Seperti diketahui, sejak tahun 1967, waktu Bumi dihitung menggunakan sekitar 250 jam atom yang amat akurat di 60 laboratorium seluruh dunia. Laboratorium-laboratorium ini melapor pada International Bureau of Weights and Measures dekat Paris, yang kemudian akan mengeset Coordinated Universal Time (UTC).
UTC harus diatur agar sesuai dengan periode rotasi Bumi, yang bisa naik turun sebagai akibat peristiwa-peristiwa tertentu seperti gempa bumi besar. Secara keseluruhan, rotasi Bumi sendiri cenderung melambat karena gravitasi Bulan menarik kita, dan menyebabkan efek yang berlawanan dengan gempa Sumatra lalu.
Karena kecenderungan perlambatan ini, para ilmuwan sesungguhnya telah menyelipkan 22 ’detik tambahan’ secara terpisah sejak tahun 1972, masing-masing untuk memperlambat UTC agar seiring dengan rotasi Bumi. Mereka memasukkan detik-detik itu sebagai detik akhir di penghujung tahun atau setiap akhir Juni. Penambahan detik terakhir dilakukan di akhir tahun 1998.
Nah, perubahan yang diakibatkan gempa Sumatra, yakni hanya sepersekian juta detik, dianggap terlalu kecil untuk dikoreksi, ungkap Tom O’Brian, pimpinan National Institute of Standards and Technology’s Time and Frequency Division di Boulder, Colorado, AS, yang menjalankan sebuah jam atom.
"Koreksi (pada jam atom) hanya akan dilakukan bila perubahan rotasi ini begitu kentara sehingga kita mungkin harus menambah atau mengurangi detik," katanya. "Karena sangat kecil, kita tidak perlu mengurangi waktu UTC guna mengimbangi perputaran Bumi yang makin cepat."
Sebagai tambahan, ketika sistem jam atom diperkenalkan tahun 1967, para ahli memilih tahun 1900 sebagai tahun yang memiliki data rata-rata terbaik mengenai seberapa cepat Bumi berputar. Artinya, ketika perputaran Bumi kemudian melambat, jam atom menjadi terlalu cepat. Untuk menyesuaikan dengan rotasi Bumi, rata-rata satu detik harus ditambahkan tiap tahun pada UTC. Jadi, ketika kini terjadi percepatan perputaran karena gempa, para ilmuwan tidak lagi merasa perlu menyesuaikan jam atom karena pada dasarnya kecepatan ini lebih kecil dari perlambatan yang terjadi. (nature.com/Rtr/wsn)
Tsunami, Fakta Mengenai Sang Gelombang Pembunuh
Wednesday, January 05,2005
Sumber : Kompas Cyber
Tsunami yang terjadi di Samudra Hindia yang diakibatkan gempa bumi terhebat dalam kurun waktu beberapa dekade ini diyakini telah merenggut lebih dari 150.000 nyawa dan membuat jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Besarnya jumlah korban dan kerusakan membuat tsunami tanggal 26 Desember lalu sebagai yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia.
Menurut Badan Survey Geologi AS yang memonitor gempa bumi di seluruh dunia, pusat gempa berkekuatan 9.0 skala magnitudo itu berada di bawah Samudra Hindia, tepatnya di barat daya Pulau Sumatra. Pergeseran lempengan tektonik bumi di wilayah ini telah menimbulkan gempa yang kemudian menggoyangkan sejumlah besar air di atasnya, dan menjadikannya gelombang yang menerjang ke segala arah.
Dalam waktu beberapa menit hingga jam, gelombang pembunuh itu bergerak ke wilayah pesisir di 11 negara sekitar Samudra Hindia, menyeret orang-orang ke laut, menenggelamkan rumah-rumah, dan memporak-porandakan kota dan desa.
Sesungguhnya tsunami termasuk kejadian langka di Samudra Hindia. Fenomena ini lebih mungkin muncul di wilayah Pasifik. Namun semua lautan yang berada di daerah gempa atau memiliki gunung api bawah laut, rawan terkena terjangan gelombang ini. Artinya banyak negara bisa terkena tsunami.
Nah, untuk mengetahui lebih banyak hal mengenai tsunami, berikut adalah fakta-fakta mengenai gelombang pembunuh itu. Pengetahuan tentang tsunami diharapkan bisa membantu kita menghindari kerugian yang ditimbulkannya jika terjadi lagi di masa mendatang.
* Tsunami adalah rangkaian gelombang laut besar yang bisa disebabkan karena gempa bumi atau letusan gunung bawah laut. Tsunami bisa juga terjadi akibat tabrakan lautan dengan meteor raksasa, meskipun hal ini amat langka terjadi.
Para ilmuwan telah menemukan jejak-jejak tabrakan asteroid yang dikatakan dapat menciptakan tsunami raksasa yang menyapu Bumi beberapa kali, membanjiri semua daratan kecuali pegunungan, sekitar 3,5 milyar tahun lalu. Ketika itu diperkirakan tepi pantai benua-benua berubah drastis dan kebanyakan kehidupan di Bumi musnah.
* Tsunami adalah istilah dari bahasa Jepang yang artinya kurang lebih "gelombang pelabuhan." Fenomena tsunami termasuk sering terjadi di Jepang dan ribuan orang Jepang telah tewas akibat gelombang ini.
* Sebuah gempa bumi bisa menciptakan tsunami bila kekuatannya cukup besar dan ada gerakan tiba-tiba di Bumi yang menyebabkan pergeseran air dalam jumlah besar.
* Tsunami bukanlah gelombang tunggal ataupun gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang, sehingga disebut juga kereta gelombang. Gelombang paling awal pada suatu tsunami bukanlah yang paling menghancurkan.
* Gelombang tsunami bisa sangat panjang (mencapai 100 kilometer) dan bisa menyapu selama satu jam tanpa henti. Gelombang ini bisa melintasi seluruh lautan tanpa banyak kehilangan tenaga. Tsunami di Aceh telah bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika, dan datang dengan kekuatan tinggi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah gempa bumi besar berkekuatan 9 magnitudo pernah terjadi di Pasifik timur laut tahun 1700 dan menciptakan tsunami yang menghancurkan pantai-pantai di Jepang yang menghadap Pasifik.
Secepat jet komersial
* Foto satelit memperlihatkan wilayah pesisir di Banda Aceh sebelum dan sesudah tsunami
* Tsunami bisa jadi hanya setinggi kurang dari 30 cm di permukaan lautan terbuka, sehingga gelombang ini sering tidak disadari para nelayan. Namun gelombang energi amat kuat bergerak bersamanya secepat pesawat jet komersial. Bila mencapai perairan dangkal dekat pantai, ia akan melambat. Bagian atas gelombang bergerak lebih cepat dibanding bagian bawah sehingga menyebabkan permukaan laut meningkat drastis.
* Halangan-halangan geologi seperti karang, teluk, aliran masuk sungai, dan formasi bawah laut bisa menurunkan tenaga tsunami. Di beberapa lokasi, tsunami menyebabkan kenaikan permukaan laut hanya beberapa sentimeter saja. Namun di tempat lain tsunami bisa mencapai tinggi 30 meter. Rata-rata tsunami menyebabkan naiknya permukaan laut hingga 3 meter.
Tsunami di Aceh telah menghadirkan gelombang setinggi 9 meter di beberapa tempat, menurut laporan. Di tempat lain, para saksi mata melukiskan gelombang itu hadir secara cepat di lautan.
Tsunami dapat membanjiri daratan hingga jauh. Kekuatannya bisa mengangkat tembok-tembok besar, kendaraan, menghancurkan rumah dan lainnya. Mengetahui sejarah tsunami di suatu daerah akan bisa digunakan sebagai indikator mengenai apa yang mungkin terjadi bila bencana serupa terjadi lagi.
* Ketika mencapai daratan, tsunami tidak selalu tampak sebagai rangkaian gelombang raksasa. Ia bisa terlihat seperti gelombang pasang yang amat cepat. Kedatangan gelombang sering pula disertai turbulensi bawah air, menyedot benda-benda ke dalamnya dan melemparkan benda yang ada di sekelilingnya. Beberapa saksi mengatakan tsunami ini bergemuruh seperti suara kereta api.
* Tsunami Aceh bisa digolongkan sebagai yang paling mengerikan dalam sejarah. Laporan berita sejuah ini menyebutkan sekitar 150.000 orang telah menjadi korban, banyak di antaranya terseret ke laut, atau tersangkut di puing-puing bangunan dan sampah yang diangkut gelombang.
Tsunami paling menghancurkan sebelumnya adalah yang menewaskan 40.000 orang tahun 1782, menyusul gempa bumi di Laut Cina Selatan. Tahun 1883, sekitar 36.500 orang menjadi korban tsunami di Laut Jawa bagian selatan akibat letusan Gunung Krakatau. Di utara Chile, lebih dari 25.000 orang terbunuh oleh tsunami tahun 1868.
* Wilayah Pasifik sejauh ini merupakan wilayah tsunami paling aktif, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), AS. Namun tsunami mungkin juga timbul di berbagai perairan termasuk Karibia dan Mediterania, serta Lautan Hindia dan Atlantik. Tsunami di Atlantik utara adalah termasuk yang diakibatkan gempa bumi Lisbon tahun 1775, yang menewaskan 60.000 orang di Portugal, Spanyol, dan Afrika Utara. Gempa ini mengakibatkan tsunami setinggi 7 meter di Karibia.
* Wilayah Karibia telah digempur oleh 37 kali tsunami sejak 1498. Beberapa terjadi karena peristiwa lokal, dan lainnya sebagai akibat kejadian di tempat jauh, seperti gempa bumi dekat Portugal. Keseluruhan korban tewas akibat peristiwa-peristiwa itu sekitar 9.500 orang.
Sistem Peringatan Dini untuk Tsunami
Menurut bahasa yang mudah dimengerti, sistem peringatan dini adalah sistem yang menginformasikan kemungkinan terjadinya bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi. Termasuk sistem biologis yang dimiliki oleh makhluk hidup maupun sistem hasil buatan manusia. Yang termasuk sistem biologis adalah rasa sakit dan rasa takut (yang umumnya menjadi bagian dari insting) yang dimiliki makhluk hidup secara alamiah. Sementara yang termasuk sistem buatan adalah sistem yang dirancang manusia untuk mengumpulkan data-data terkait dan mengolahnya menjadi parameter kemungkinan terjadinya bahaya. Sistem buatan manusia ada yang dibuat untuk tujuan sipil dan ada juga yang khusus untuk tujuan militer. Dalam hal ini sistem peringatan dini untuk tsunami termasuk untuk tujuan sipil. Begitu pula dengan alat pendeteksi asap, alat pendeteksi gempa, dan lain sebagainya. Sementara alat peringatan dini untuk militer antara lain adalah alat pendeteksi misil balistik, pendeteksi serangan nuklir, alat peringatan antirudal pesawat tempur, dan lain sebagainya.
Sistem peringatan dini untuk tsunami biasanya disingkat TWS alias Tsunami Warning System. Sesuai dengan namanya, TWS dibangun untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang berpotensi untuk mendatangkan bencana tsunami sekaligus mencari lokasi pusat gempa yang menyebabkan tsunami tersebut. Laporan yang diberikan oleh TWS ini bisa digunakan untuk memprediksi besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan daerah-daerah yang akan terkena dampak tsunami. Sistem ini terbagi menjadi dua komponen penting, yaitu jaringan sensor-sensor pendeteksi tsunami dan infrastruktur komunikasi yang berguna untuk menyampaikan peringatan dini. Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami datang. Laju informasi peringatan dini sangatlah penting mengingat selang waktu antara gempa bumi sampai tsunami mencapai daratan cukup singkat.
Terdapat dua jenis peringatan dini tsunami: peringatan dini internasional dan peringatan dini regional. Keduanya bergantung pada kenyataan bahwa tsunami bergerak dengan laju 500 – 1000 km/jam (sekitar 0,14-0,28 km/detik) di laut lepas, sementara gempa bumi dapat terdeteksi dengan cepat melalui gelombang seismik yang bergerak dengan laju rata-rata 14.400 km/jam atau sekitar 4 km/detik. Dengan memperhatikan gelombang seismik yang muncul, dimungkinkan adanya tenggang waktu untuk prakiraan tsunami sekaligus penyampaian peringatan ke daerah yang terancam tsunami. Hanya saja, karena belum ada model yang jelas yang dapat menghubungkan gempa bumi dan tsunami, peringatan oleh gelombang seismik menjadi kurang dapat diandalkan. Metode yang lebih pasti adalah dengan menggunakan alat pengamat dasar laut untuk melihat gelombang tsunami di laut lepas dengan jarak sejauh mungkin dari garis pantai.
Metode Penyampaian Peringatan :
Proses pendeteksian dan prakiraan bencana tsunami hanyalah setengah dari proses TWS secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam TWS adalah penyampaian peringatan kepada penduduk yang daerahnya terancam tsunami. Hal ini dapat dilakukan melalui beragam jalur telekomunikasi (seperti e-mail, fax, radio, telex, TV, dan lain sebagainya). Dengan demikian pesan darurat dapat diterima oleh masyarakat, pemerintah, serta badan-badan penanggulangan bencana.
SMS Gempa BMG:
Magnitude 6,6 SR, 29 Nov 06, 08:32:22 WIB, Lokasi 2,42LU,128,10 BT [347 km Timur Laut Labuha, Maluku Utara], Kedalaman 13 km. Berpotensi TSUNAMI [untuk diteruskan ke masyarakat]
Kelemahannya:
Tak ada sistem yang dapat melindungi manusia dari bencana tsunami yang terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu, sampai saat ini peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari bencana tsunami mendadak. Walaupun demikian, peringatan dini tsunami masih dapat bekerja efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi para penduduk untuk melakukan evakuasi. Sistem Peringatan Dini merupakan mata rantai yang spesifik (hubungan yang kritis) antara tindakan-tindakan dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat. Ada 2 (dua) faktor yang berperan dalam kerangka Sistem Peringatan Dini yaitu pihak Pengambil Keputusan dan Masyarakat.
Di pihak masyarakat ada tiga unsur yang menentukan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap sistem peringatan dini. Unsur-unsur tersebut terdiri dari pengetahuan, sikap, dan perilaku. Selain faktor masyarakat, faktor lain yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan Dini adalah pihak Pengambil Keputusan. Di Indonesia melalui Kepres Nomor 111/2001 kita mengetahui bahwa penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh Bakornas PBP di tingkat Nasional, Satkorlak PBP di tingkat Provinsi dan Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota. Melalui keberadaan institusi ini dapat dibuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan sistem peringatan dini terutama hal-hal yang berkaitan dengan kerangka kerja sistem peringatan dini, misalnya Protap, Juklak, dan Mekanisme Kerja.
Contoh Tsunami
• Gelombang tsunami raksasa pernah muncul di laut Marmara, dekat Turki setelah
gempa bumi Izmit tahun 1999.
• Tsunami di daerah Kepulauan Seram, Kepulauan Banda, Kepulauan Kai.
• Gempa Bumi ddan Tsunami ACEH 26 Desember 2004
• Parai lmuwan mengatakan bahwa sebuah gempa besar berkekuatan 9 magnitudo
pernah terjadi di Pasifik timur laut tahun 1700 dan menciptakan tsunami yang
menghancurkan pantai-pantai di Jepang yang menghadap Pasifik.
• Tsunami paling menghancurkan sebelumnya adalah yang menewaskan 40.000 orang
tahun 1782, menyusul gempa bumi di Laut Cina Selatan. Tahun sekitar 36.500
orang menjadi korban tsunami di Laut Jawa bagian selatan akibat letusan
Gunung Krakatau. Di utara Chile, lebih dari 25.000 orang terbunuh oleh
tsunami tahun 1868.
• Tsunami di Atlantik utara adalah termasuk yang diakibatkan gempa bumi Lisbon
tahun 1775, yang menewaskan 60.000 orang di Portugal, Spanyol, dan Afrika
Utara. Gempa ini mengakibatkan tsunami setinggi 7 meter di Karibia.
Sebab – Sebab Terjadinya Tsunami
Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah
gempa yang terjadi di dasarkanlaut,
kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km,
magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter,
serta jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun.
Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977).
Tanda-tanda peringatan
Gelombang tsunami mendaparkan sebuah kapal ke daratan di Thailand (Reuters)
* Gempa bumi adalah peringatan alami mengenai datangnya tsunami. Bila Anda merasakan gempa kuat, janganlah berada di lokasi yang mungkin terkena terjangan tsunami. Bila Anda mendengar adanya gempa bumi, waspadalah dengan kemungkinan datangnya tsunami. carilah informasi di radio atau televisi mengenai hal itu. Ingat bahwa sebuah gempa bisa memicu terjadinya tsunami ribuan kilometer jauhnya pada waktu beberapa jam.
* Para saksi mata melaporkan bahwa tsunami Aceh didahului dengan turunnya permukaan air secara tiba-tiba yang kemudian berbalik menjadi gelombang dahsyat. Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang. Larilah ke daerah tinggi dengan segera.
Sebagian korban tsunami Aceh tewas karena mereka justru pergi ke pantai untuk melihat bagaimana air menghilang dan dasar laut menjadi tampak. Banyak yang tidak sadar hal itu merupakan awal hadirnya malapetaka. Para ahli memperkirakan, penyusutan permukaan laut akan memberi waktu sekitar lima menit bagi orang-orang untuk segera meninggalkan wilayah itu.
* Karena tsunami bisa mendekati pantai dengan kecepatan 160 kilometer per jam, maka seringkali terlambat bagi kita untuk menyingkir saat kita melihat kehadirannya. Ingat! Gelombang tsunami yang mendekat bukanlah sesuatu untuk dikagumi, kecuali Anda berada di dataran tinggi yang aman.
* Ingatlah pula bahwa tsunami adalah rangkaian gelombang, dan gelombang pertama mungkin bukan yang paling berbahaya. Bahaya dari tsunami bisa berlangsung selama beberapa jam setelah kedatangan gelombang pertama. Rangkaian gelombang tsunami bisa datang berurutan dengan jeda antara lima menit hingga satu jam. Hindarilah lokasi kejadian sampai benar-benar aman.
Mereka yang selamat dari tsunami lalu menceritakan bahwa laut surut secepat dan sekuat ketika ia menerjang daratan. Beberapa orang terseret ke laut saat gelombang itu berbalik.
* Terjangan tsunami bisa saja hanya kecil di satu titik namun sangat besar di titik lain. Jangan beranggapan karena tanda-tanda tsunami hanya kecil di suatu tempat, maka gejalanya akan sama seperti itu di tempat lain.
* Tsunami bisa menjelajah cepat lewat sungai dan aliran yang berhubungan dengan laut, Menjauhlah dari sungai atau aliran air yang menuju ke laut, seperti halnya Anda sebaiknya menghindari pantai dan laut bila ada tsunami.
* Adalah gagasan yang baik untuk selalu mempersiapkan bahan persedian guna menghadapi kondisi darurat, termasuk obat-obatan, air, dan kebutuhan pokok lain setidaknya untuk 72 jam. Tsunami, gempa bumi, badai, dan bencana lain bisa muncul dengan sedikit tanda atau sama sekali tanpa peringatan.
* NOAA menyarankan, karena aktivitas gelombang tsunami tidak terlalu terasa di lautan terbuka, kapal-kapal sebaiknya tidak kembali ke pelabuhan bila mereka sedang berada di laut dan mendengar adanya peringatan mengenai tsunami di area tersebut. Tsunami bisa menyebabkan perubahan permukaan laut sangat cepat dan menghasilkan gelombang dahsyat di pelabuhan dan tepi pantai. Orang-orang sebaiknya tidak naik ke kapal yang berada di pelabuhan karena tsunami bisa menghancurkannya. (nationalgeographic.com/wsn)
Terjadinya Tsunami
Mengenal Tsunami di Aceh
Monday, January 03, 2005
Sumber : Kompas Cyber
Tsunami! Kata angker ini kembali diucapkan banyak orang dan terpampang di berbagai media menyusul bencana yang menimpa Aceh, Sri Lanka, India, Thailand, dan tempat-tempat lain di Asia, dengan korban ratusan ribu jiwa.
Tapi tahukah Anda, apa sebenarnya tsunami itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tsunami adalah gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung api dasar laut. Nah, dalam peristiwa yang menimpa Aceh, Minggu (26/12) lalu, penyebabnya adalah gempa bumi.
Dikatakan Dr Danny H Natawidjaya dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, daerah di sebelah barat Sumatra mempunyai banyak sumber gempa bumi karena posisinya pada jalur tabrakan lempeng, dimana lempeng dari lautan (lempeng Samudra Hindia atau lempeng Indo-Australia) di sebelah selatan bergerak ke utara, ke arah bawah Kepulauan Mentawai dan Pulau Sumatra --yang adalah lempeng benua atau disebut lempeng Eurasia (Gambar A).
A. Lempeng samudra bergerak ke bawah Sumatra, pulau-pulau melekat pada lempeng
sehingga tertekan dan terseret ke bawah.
B. Suatu ketika sambungan antara pulau-pulau dan lempeng pecah, sehingga pulau
melenting ke atas, terjadi gempabumi
C. Ketika pulau- pulau terangkat, air laut menyusut menjauhi pantai, namun kembali
lagi sebagai gelombang laut yang disebut tsunami.
Adapun desakan lempeng Samudra Hindia ini ikut menyeret lempeng benua melesak ke dalam, sehingga pulau-pulau yang melekat di atasnya ikut terseret ke bawah dan mendekati Sumatra ke arah timur laut. Akibatnya beberapa pulau terlihat seolah akan tenggelam. Ini tampak pada pohon-pohon yang tadinya tumbuh di darat kini telah mati karena terendam air laut.
"Selama puluhan sampai ratusan tahun, tekanan lempeng Samudra Hindia ini akan terus meningkat sampai melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan di bawah pulau-pulau akan pecah dan bergeser secara tiba-tiba, dan timbulah gempa bumi," kata Dr Danny, saat memberi keterangan pers yang diadakan PT Pasifik Satelit Nusantara di Jakarta, Senin (3/1).
Sebagai gambaran, batuan di bawah pulau-pulau ini berlaku seperti pegas yang ditekan perlahan-lahan. Ketika kekuatan batuan sudah terlampaui sehingga pecah, maka tekanan itu dilepaskan secara tiba-tiba dan pulau-pulau akan melentur balik ke arah atas dan barat daya, bagai pegas, lalu menimbulkan gempa bumi besar (gambar B).
Pelentingan tubuh batuan yang terjadi di bawah pulau-pulau akan menggoyang air laut. Saat pulau-pulau terangkat, air laut menyusut menjauhi pantai seperti yang disaksikan di beberapa lokasi pinggir laut. Namun ia kembali lagi menjadi gelombang dashyat yang dikenal sebagai tsunami (gambar C). Sesungguhnya tsunami bisa hanya setinggi beberapa sentimeter, namun bisa pula puluhan meter.
Nah, gelombang setinggi puluhan meter itulah yang menyapi pesisir Aceh, menghempas kota-kota dan pemukiman, lalu menyeret orang-orang kembali ke laut. Sebagian besar tubuh tersangkut di sisa-sisa bangunan di ujung pulau Sumatra. Sayang, orang terlambat menyadari bahwa tsunami telah datang. (wsn)
Dampak Terhadap Makhluk Di Bumi
Sumber : Kompas Cyber
Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Samudra Hindia di barat daya Pulau Sumatra tanggal 26 Desember lalu begitu kuatnya sehingga telah mempercepat rotasi (perputaran) Bumi pada sumbunya. Menurut perkiraan para ahli geofisika AS, gelombang kejut yang dihasilkannya telah memperpendek periode rotasi planet kita sekitar tiga mikro detik
Perubahan ini disebabkan karena adanya pergeseran massa di pusat Bumi ketika lempengan tektonik Samudra Hindia mendesak lempengan benua Eurasia, ujar para peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA, di Pasadena, California. Hal ini menyebabkan Bumi berotasi lebih cepat, seperti halnya seorang pemain papan luncur menggoyangkan tangannya agar melaju lebih cepat.
"Gempa ini menggoyang Bumi di sumbunya," kata Richard Gross dan rekan-rekan penelitinya di NASA. Mereka memperkirakan sumbu Bumi sekarang lebih miring 2,5 sentimeter karena sentakan gempa.
Walau begitu pemendekan hari di Bumi ini tidak perlu dirisaukan, kecuali bagi mereka yang bertugas menjaga waktu resmi di dunia. Seperti diketahui, sejak tahun 1967, waktu Bumi dihitung menggunakan sekitar 250 jam atom yang amat akurat di 60 laboratorium seluruh dunia. Laboratorium-laboratorium ini melapor pada International Bureau of Weights and Measures dekat Paris, yang kemudian akan mengeset Coordinated Universal Time (UTC).
UTC harus diatur agar sesuai dengan periode rotasi Bumi, yang bisa naik turun sebagai akibat peristiwa-peristiwa tertentu seperti gempa bumi besar. Secara keseluruhan, rotasi Bumi sendiri cenderung melambat karena gravitasi Bulan menarik kita, dan menyebabkan efek yang berlawanan dengan gempa Sumatra lalu.
Karena kecenderungan perlambatan ini, para ilmuwan sesungguhnya telah menyelipkan 22 ’detik tambahan’ secara terpisah sejak tahun 1972, masing-masing untuk memperlambat UTC agar seiring dengan rotasi Bumi. Mereka memasukkan detik-detik itu sebagai detik akhir di penghujung tahun atau setiap akhir Juni. Penambahan detik terakhir dilakukan di akhir tahun 1998.
Nah, perubahan yang diakibatkan gempa Sumatra, yakni hanya sepersekian juta detik, dianggap terlalu kecil untuk dikoreksi, ungkap Tom O’Brian, pimpinan National Institute of Standards and Technology’s Time and Frequency Division di Boulder, Colorado, AS, yang menjalankan sebuah jam atom.
"Koreksi (pada jam atom) hanya akan dilakukan bila perubahan rotasi ini begitu kentara sehingga kita mungkin harus menambah atau mengurangi detik," katanya. "Karena sangat kecil, kita tidak perlu mengurangi waktu UTC guna mengimbangi perputaran Bumi yang makin cepat."
Sebagai tambahan, ketika sistem jam atom diperkenalkan tahun 1967, para ahli memilih tahun 1900 sebagai tahun yang memiliki data rata-rata terbaik mengenai seberapa cepat Bumi berputar. Artinya, ketika perputaran Bumi kemudian melambat, jam atom menjadi terlalu cepat. Untuk menyesuaikan dengan rotasi Bumi, rata-rata satu detik harus ditambahkan tiap tahun pada UTC. Jadi, ketika kini terjadi percepatan perputaran karena gempa, para ilmuwan tidak lagi merasa perlu menyesuaikan jam atom karena pada dasarnya kecepatan ini lebih kecil dari perlambatan yang terjadi. (nature.com/Rtr/wsn)
Tsunami, Fakta Mengenai Sang Gelombang Pembunuh
Wednesday, January 05,2005
Sumber : Kompas Cyber
Tsunami yang terjadi di Samudra Hindia yang diakibatkan gempa bumi terhebat dalam kurun waktu beberapa dekade ini diyakini telah merenggut lebih dari 150.000 nyawa dan membuat jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Besarnya jumlah korban dan kerusakan membuat tsunami tanggal 26 Desember lalu sebagai yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia.
Menurut Badan Survey Geologi AS yang memonitor gempa bumi di seluruh dunia, pusat gempa berkekuatan 9.0 skala magnitudo itu berada di bawah Samudra Hindia, tepatnya di barat daya Pulau Sumatra. Pergeseran lempengan tektonik bumi di wilayah ini telah menimbulkan gempa yang kemudian menggoyangkan sejumlah besar air di atasnya, dan menjadikannya gelombang yang menerjang ke segala arah.
Dalam waktu beberapa menit hingga jam, gelombang pembunuh itu bergerak ke wilayah pesisir di 11 negara sekitar Samudra Hindia, menyeret orang-orang ke laut, menenggelamkan rumah-rumah, dan memporak-porandakan kota dan desa.
Sesungguhnya tsunami termasuk kejadian langka di Samudra Hindia. Fenomena ini lebih mungkin muncul di wilayah Pasifik. Namun semua lautan yang berada di daerah gempa atau memiliki gunung api bawah laut, rawan terkena terjangan gelombang ini. Artinya banyak negara bisa terkena tsunami.
Nah, untuk mengetahui lebih banyak hal mengenai tsunami, berikut adalah fakta-fakta mengenai gelombang pembunuh itu. Pengetahuan tentang tsunami diharapkan bisa membantu kita menghindari kerugian yang ditimbulkannya jika terjadi lagi di masa mendatang.
* Tsunami adalah rangkaian gelombang laut besar yang bisa disebabkan karena gempa bumi atau letusan gunung bawah laut. Tsunami bisa juga terjadi akibat tabrakan lautan dengan meteor raksasa, meskipun hal ini amat langka terjadi.
Para ilmuwan telah menemukan jejak-jejak tabrakan asteroid yang dikatakan dapat menciptakan tsunami raksasa yang menyapu Bumi beberapa kali, membanjiri semua daratan kecuali pegunungan, sekitar 3,5 milyar tahun lalu. Ketika itu diperkirakan tepi pantai benua-benua berubah drastis dan kebanyakan kehidupan di Bumi musnah.
* Tsunami adalah istilah dari bahasa Jepang yang artinya kurang lebih "gelombang pelabuhan." Fenomena tsunami termasuk sering terjadi di Jepang dan ribuan orang Jepang telah tewas akibat gelombang ini.
* Sebuah gempa bumi bisa menciptakan tsunami bila kekuatannya cukup besar dan ada gerakan tiba-tiba di Bumi yang menyebabkan pergeseran air dalam jumlah besar.
* Tsunami bukanlah gelombang tunggal ataupun gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang, sehingga disebut juga kereta gelombang. Gelombang paling awal pada suatu tsunami bukanlah yang paling menghancurkan.
* Gelombang tsunami bisa sangat panjang (mencapai 100 kilometer) dan bisa menyapu selama satu jam tanpa henti. Gelombang ini bisa melintasi seluruh lautan tanpa banyak kehilangan tenaga. Tsunami di Aceh telah bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika, dan datang dengan kekuatan tinggi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah gempa bumi besar berkekuatan 9 magnitudo pernah terjadi di Pasifik timur laut tahun 1700 dan menciptakan tsunami yang menghancurkan pantai-pantai di Jepang yang menghadap Pasifik.
Secepat jet komersial
* Foto satelit memperlihatkan wilayah pesisir di Banda Aceh sebelum dan sesudah tsunami
* Tsunami bisa jadi hanya setinggi kurang dari 30 cm di permukaan lautan terbuka, sehingga gelombang ini sering tidak disadari para nelayan. Namun gelombang energi amat kuat bergerak bersamanya secepat pesawat jet komersial. Bila mencapai perairan dangkal dekat pantai, ia akan melambat. Bagian atas gelombang bergerak lebih cepat dibanding bagian bawah sehingga menyebabkan permukaan laut meningkat drastis.
* Halangan-halangan geologi seperti karang, teluk, aliran masuk sungai, dan formasi bawah laut bisa menurunkan tenaga tsunami. Di beberapa lokasi, tsunami menyebabkan kenaikan permukaan laut hanya beberapa sentimeter saja. Namun di tempat lain tsunami bisa mencapai tinggi 30 meter. Rata-rata tsunami menyebabkan naiknya permukaan laut hingga 3 meter.
Tsunami di Aceh telah menghadirkan gelombang setinggi 9 meter di beberapa tempat, menurut laporan. Di tempat lain, para saksi mata melukiskan gelombang itu hadir secara cepat di lautan.
Tsunami dapat membanjiri daratan hingga jauh. Kekuatannya bisa mengangkat tembok-tembok besar, kendaraan, menghancurkan rumah dan lainnya. Mengetahui sejarah tsunami di suatu daerah akan bisa digunakan sebagai indikator mengenai apa yang mungkin terjadi bila bencana serupa terjadi lagi.
* Ketika mencapai daratan, tsunami tidak selalu tampak sebagai rangkaian gelombang raksasa. Ia bisa terlihat seperti gelombang pasang yang amat cepat. Kedatangan gelombang sering pula disertai turbulensi bawah air, menyedot benda-benda ke dalamnya dan melemparkan benda yang ada di sekelilingnya. Beberapa saksi mengatakan tsunami ini bergemuruh seperti suara kereta api.
* Tsunami Aceh bisa digolongkan sebagai yang paling mengerikan dalam sejarah. Laporan berita sejuah ini menyebutkan sekitar 150.000 orang telah menjadi korban, banyak di antaranya terseret ke laut, atau tersangkut di puing-puing bangunan dan sampah yang diangkut gelombang.
Tsunami paling menghancurkan sebelumnya adalah yang menewaskan 40.000 orang tahun 1782, menyusul gempa bumi di Laut Cina Selatan. Tahun 1883, sekitar 36.500 orang menjadi korban tsunami di Laut Jawa bagian selatan akibat letusan Gunung Krakatau. Di utara Chile, lebih dari 25.000 orang terbunuh oleh tsunami tahun 1868.
* Wilayah Pasifik sejauh ini merupakan wilayah tsunami paling aktif, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), AS. Namun tsunami mungkin juga timbul di berbagai perairan termasuk Karibia dan Mediterania, serta Lautan Hindia dan Atlantik. Tsunami di Atlantik utara adalah termasuk yang diakibatkan gempa bumi Lisbon tahun 1775, yang menewaskan 60.000 orang di Portugal, Spanyol, dan Afrika Utara. Gempa ini mengakibatkan tsunami setinggi 7 meter di Karibia.
* Wilayah Karibia telah digempur oleh 37 kali tsunami sejak 1498. Beberapa terjadi karena peristiwa lokal, dan lainnya sebagai akibat kejadian di tempat jauh, seperti gempa bumi dekat Portugal. Keseluruhan korban tewas akibat peristiwa-peristiwa itu sekitar 9.500 orang.
Sistem Peringatan Dini untuk Tsunami
Menurut bahasa yang mudah dimengerti, sistem peringatan dini adalah sistem yang menginformasikan kemungkinan terjadinya bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi. Termasuk sistem biologis yang dimiliki oleh makhluk hidup maupun sistem hasil buatan manusia. Yang termasuk sistem biologis adalah rasa sakit dan rasa takut (yang umumnya menjadi bagian dari insting) yang dimiliki makhluk hidup secara alamiah. Sementara yang termasuk sistem buatan adalah sistem yang dirancang manusia untuk mengumpulkan data-data terkait dan mengolahnya menjadi parameter kemungkinan terjadinya bahaya. Sistem buatan manusia ada yang dibuat untuk tujuan sipil dan ada juga yang khusus untuk tujuan militer. Dalam hal ini sistem peringatan dini untuk tsunami termasuk untuk tujuan sipil. Begitu pula dengan alat pendeteksi asap, alat pendeteksi gempa, dan lain sebagainya. Sementara alat peringatan dini untuk militer antara lain adalah alat pendeteksi misil balistik, pendeteksi serangan nuklir, alat peringatan antirudal pesawat tempur, dan lain sebagainya.
Sistem peringatan dini untuk tsunami biasanya disingkat TWS alias Tsunami Warning System. Sesuai dengan namanya, TWS dibangun untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang berpotensi untuk mendatangkan bencana tsunami sekaligus mencari lokasi pusat gempa yang menyebabkan tsunami tersebut. Laporan yang diberikan oleh TWS ini bisa digunakan untuk memprediksi besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan daerah-daerah yang akan terkena dampak tsunami. Sistem ini terbagi menjadi dua komponen penting, yaitu jaringan sensor-sensor pendeteksi tsunami dan infrastruktur komunikasi yang berguna untuk menyampaikan peringatan dini. Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami datang. Laju informasi peringatan dini sangatlah penting mengingat selang waktu antara gempa bumi sampai tsunami mencapai daratan cukup singkat.
Terdapat dua jenis peringatan dini tsunami: peringatan dini internasional dan peringatan dini regional. Keduanya bergantung pada kenyataan bahwa tsunami bergerak dengan laju 500 – 1000 km/jam (sekitar 0,14-0,28 km/detik) di laut lepas, sementara gempa bumi dapat terdeteksi dengan cepat melalui gelombang seismik yang bergerak dengan laju rata-rata 14.400 km/jam atau sekitar 4 km/detik. Dengan memperhatikan gelombang seismik yang muncul, dimungkinkan adanya tenggang waktu untuk prakiraan tsunami sekaligus penyampaian peringatan ke daerah yang terancam tsunami. Hanya saja, karena belum ada model yang jelas yang dapat menghubungkan gempa bumi dan tsunami, peringatan oleh gelombang seismik menjadi kurang dapat diandalkan. Metode yang lebih pasti adalah dengan menggunakan alat pengamat dasar laut untuk melihat gelombang tsunami di laut lepas dengan jarak sejauh mungkin dari garis pantai.
Metode Penyampaian Peringatan :
Proses pendeteksian dan prakiraan bencana tsunami hanyalah setengah dari proses TWS secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam TWS adalah penyampaian peringatan kepada penduduk yang daerahnya terancam tsunami. Hal ini dapat dilakukan melalui beragam jalur telekomunikasi (seperti e-mail, fax, radio, telex, TV, dan lain sebagainya). Dengan demikian pesan darurat dapat diterima oleh masyarakat, pemerintah, serta badan-badan penanggulangan bencana.
SMS Gempa BMG:
Magnitude 6,6 SR, 29 Nov 06, 08:32:22 WIB, Lokasi 2,42LU,128,10 BT [347 km Timur Laut Labuha, Maluku Utara], Kedalaman 13 km. Berpotensi TSUNAMI [untuk diteruskan ke masyarakat]
Kelemahannya:
Tak ada sistem yang dapat melindungi manusia dari bencana tsunami yang terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu, sampai saat ini peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari bencana tsunami mendadak. Walaupun demikian, peringatan dini tsunami masih dapat bekerja efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi para penduduk untuk melakukan evakuasi. Sistem Peringatan Dini merupakan mata rantai yang spesifik (hubungan yang kritis) antara tindakan-tindakan dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat. Ada 2 (dua) faktor yang berperan dalam kerangka Sistem Peringatan Dini yaitu pihak Pengambil Keputusan dan Masyarakat.
Di pihak masyarakat ada tiga unsur yang menentukan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap sistem peringatan dini. Unsur-unsur tersebut terdiri dari pengetahuan, sikap, dan perilaku. Selain faktor masyarakat, faktor lain yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan Dini adalah pihak Pengambil Keputusan. Di Indonesia melalui Kepres Nomor 111/2001 kita mengetahui bahwa penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh Bakornas PBP di tingkat Nasional, Satkorlak PBP di tingkat Provinsi dan Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota. Melalui keberadaan institusi ini dapat dibuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan sistem peringatan dini terutama hal-hal yang berkaitan dengan kerangka kerja sistem peringatan dini, misalnya Protap, Juklak, dan Mekanisme Kerja.
Contoh Tsunami
• Gelombang tsunami raksasa pernah muncul di laut Marmara, dekat Turki setelah
gempa bumi Izmit tahun 1999.
• Tsunami di daerah Kepulauan Seram, Kepulauan Banda, Kepulauan Kai.
• Gempa Bumi ddan Tsunami ACEH 26 Desember 2004
• Parai lmuwan mengatakan bahwa sebuah gempa besar berkekuatan 9 magnitudo
pernah terjadi di Pasifik timur laut tahun 1700 dan menciptakan tsunami yang
menghancurkan pantai-pantai di Jepang yang menghadap Pasifik.
• Tsunami paling menghancurkan sebelumnya adalah yang menewaskan 40.000 orang
tahun 1782, menyusul gempa bumi di Laut Cina Selatan. Tahun sekitar 36.500
orang menjadi korban tsunami di Laut Jawa bagian selatan akibat letusan
Gunung Krakatau. Di utara Chile, lebih dari 25.000 orang terbunuh oleh
tsunami tahun 1868.
• Tsunami di Atlantik utara adalah termasuk yang diakibatkan gempa bumi Lisbon
tahun 1775, yang menewaskan 60.000 orang di Portugal, Spanyol, dan Afrika
Utara. Gempa ini mengakibatkan tsunami setinggi 7 meter di Karibia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar