pErUbHaN iTu PeRlU............


mY sLidE.....

t@hUk@h aNd@????

sLidE.. tOo..

iNgAtTTttttTTTT..... tINgGGGG....

Kamis, 02 April 2009

Indikator Sukses dunia

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telatendalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secarakhusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbastelah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid.

Suatu hari iaditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia.

Jawab Ibnu Abbasada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah),sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilahnikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukursangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yangdiberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit darikita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyakamal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yanglebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukurmaka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluargayang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga)akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepadakesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yangsholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknyamenjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh,akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayanisuaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialahmenjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seoranganak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf RasulullahSAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anakmuda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibuyang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernahmelepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat,ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalumenggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakahaku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allahridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakkuketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadisttersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidakcukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimalkita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anakyang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialahkita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenalsiapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslahorang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalamsebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergauldengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalumengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat imandan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allahcahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapihalalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernahbertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamuberdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman danpakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanyadikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karenadoanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akanmenjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dankokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialahorang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmuagama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untukbelajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin iabelajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepadaAllah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang“hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dannikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmuagama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yangsetiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisihidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisidengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapuncenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itupikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, makaiapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum iasempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatanyang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyakmempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tuasemakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanyadiisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasatakutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuksegera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yangdijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yangbaroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikatorkebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikatorkebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaikidiri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’mungkin membaca doa `sapu jagat’ , yaitu doa yang paling seringdibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut“Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “YaAllah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia “), mempunyai makna bahwakita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan duniayang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasanganhidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yangsoleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umuryang baroqah.


Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalamgenggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudahpatut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa filaakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaanakhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah.Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayangAllah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuksurga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap haripuasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuksurga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kitatidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkankalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana denganEngkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh sayapun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya :“Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembalimenjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikanAllah semata”.

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukanuntuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allahitulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang,disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar